Ginkgo Dapat Memicu Stroke?
Mengonsumsi suplemen herbal ginkgo biloba ternyata tidak sepenuhnya aman bagi kesehatan. Sebuah riset terbaru yang dipublikasikan Rabu (27/2) mengindikasikan bahwa konsumsi jenis herbal ini kemungkinan berimplikasi negatif yakni memicu risiko terjadinya stroke.
Selain mengindikasikan adanya dampak negatif, riset yang dipublikasikan jurnal Neurology Online itu juga melaporkan manfaat positif dari ginkgo, yakni mampu menunda terjadi penurunan kemampuan kognitif pada orang lanjut usia.
Di kalangan medis, ekstrak herbal ginkgo biloba sudah dikenal sejak lama merupakan ramuan yang mampu meningkatkan daya ingat dan fungsi mental lainnya, terutama pada penderita demensia atau kepikunan. Herbal ini biasanya dipasarkan dalam bentuk suplemen yang dapat diminum setiap hari.
�Salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat kami adalah meningkatnya jumlah pasien - yang karena kesendiriannya - berada pada risiko tinggi mengidap demensia. Potensi untuk menunda atau mencegah gangguan ini adalah hal yang sangat penting,� ungkap pimpinan peneliti Dr. Hiroko H Dodge, dari Universitas Negeri Oregon di Corvalis.
Hiroko Dodge beserta timnya menggelar riset melibatkan 118 orang berusia 85 tahun ke atas yang tidak mengalami masalah ingatan. Setengah dari partisipan ini diberi ekstrak herbal ginkgo dlam bentuk pil tiga kali sehari dan setengah lainnya meminum pil plasebo.
Selama penelitian, tercatat 21 partisipan mengalami masalah daya ingat dengan tingkat ringan. Ke-21 orang ini 14 di antaranya yang mengonsumsi plasebo dan 7 yang mengonsumsi ekstrak ginkgo. Meskipun ada kecenderungan bahwa manfaat ginkgo dirasakan para partisipan, namun perbedaan dari mereka yang mengonsumsi ginkgo atau plasebo secara statistik perbedaannya tidak terlalu signifikan.
Namun ketika peneliti memperhitungkan apakah partisipan mengikuti petunjuk cara mengonsumsi pil, terungkap bahwa mereka yang benar-benar mematuhi petunjuk tercatat 68 persen berisiko lebih rendah mengalami gangguan ingatan ringan dibandingkan mereka yang mengonsumsi plasebo.
�Hasil riset ini memang harus diklarifikasi lagi dengan studi yang lebih besar, namun temuan ini menarik sebab ginkgo sudah digunakan secara luas, mudah didapatkan dan harganya murah,� ungkap Dodge.
Risiko stroke
Satu hal yang menjadi catatan penting, kata peneliti, dari riset ini juga ada indikasi peningkatan risiko stroke di antara kelompok yang mengonsumsi ginkgo. Kejadian stroke terjadi pada tujuh partisipan yang meminum pil ginkgo, sedangkan di kelompok plasebo tidak ada partisipan mengalami stroke.
�Gingkgo pernah dilaporkan dapat menyebabkan komplikasi yang berkaitan dengan pendarahan. Namun stroke pada kasus ini terjadi akibat pembekuan darah, bukannya pendarahan yang parah, dan secara umum tidaklah parah,� catat Dodge.
�Penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk menentukan apakah ginkgo memiliki manfaat dalam mencegah penurunan fungsi kognitif berikut keamanannya bagi kesehatan,� tandas Dodge
Selain mengindikasikan adanya dampak negatif, riset yang dipublikasikan jurnal Neurology Online itu juga melaporkan manfaat positif dari ginkgo, yakni mampu menunda terjadi penurunan kemampuan kognitif pada orang lanjut usia.
Di kalangan medis, ekstrak herbal ginkgo biloba sudah dikenal sejak lama merupakan ramuan yang mampu meningkatkan daya ingat dan fungsi mental lainnya, terutama pada penderita demensia atau kepikunan. Herbal ini biasanya dipasarkan dalam bentuk suplemen yang dapat diminum setiap hari.
�Salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat kami adalah meningkatnya jumlah pasien - yang karena kesendiriannya - berada pada risiko tinggi mengidap demensia. Potensi untuk menunda atau mencegah gangguan ini adalah hal yang sangat penting,� ungkap pimpinan peneliti Dr. Hiroko H Dodge, dari Universitas Negeri Oregon di Corvalis.
Hiroko Dodge beserta timnya menggelar riset melibatkan 118 orang berusia 85 tahun ke atas yang tidak mengalami masalah ingatan. Setengah dari partisipan ini diberi ekstrak herbal ginkgo dlam bentuk pil tiga kali sehari dan setengah lainnya meminum pil plasebo.
Selama penelitian, tercatat 21 partisipan mengalami masalah daya ingat dengan tingkat ringan. Ke-21 orang ini 14 di antaranya yang mengonsumsi plasebo dan 7 yang mengonsumsi ekstrak ginkgo. Meskipun ada kecenderungan bahwa manfaat ginkgo dirasakan para partisipan, namun perbedaan dari mereka yang mengonsumsi ginkgo atau plasebo secara statistik perbedaannya tidak terlalu signifikan.
Namun ketika peneliti memperhitungkan apakah partisipan mengikuti petunjuk cara mengonsumsi pil, terungkap bahwa mereka yang benar-benar mematuhi petunjuk tercatat 68 persen berisiko lebih rendah mengalami gangguan ingatan ringan dibandingkan mereka yang mengonsumsi plasebo.
�Hasil riset ini memang harus diklarifikasi lagi dengan studi yang lebih besar, namun temuan ini menarik sebab ginkgo sudah digunakan secara luas, mudah didapatkan dan harganya murah,� ungkap Dodge.
Risiko stroke
Satu hal yang menjadi catatan penting, kata peneliti, dari riset ini juga ada indikasi peningkatan risiko stroke di antara kelompok yang mengonsumsi ginkgo. Kejadian stroke terjadi pada tujuh partisipan yang meminum pil ginkgo, sedangkan di kelompok plasebo tidak ada partisipan mengalami stroke.
�Gingkgo pernah dilaporkan dapat menyebabkan komplikasi yang berkaitan dengan pendarahan. Namun stroke pada kasus ini terjadi akibat pembekuan darah, bukannya pendarahan yang parah, dan secara umum tidaklah parah,� catat Dodge.
�Penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk menentukan apakah ginkgo memiliki manfaat dalam mencegah penurunan fungsi kognitif berikut keamanannya bagi kesehatan,� tandas Dodge
0 komentar:
Posting Komentar